Kegiatan 3 Kerja Mandiri
Membangun Teks Eksposisi
Tugas 1 Mencari Contoh-Contoh Tekas Eksposisi dari
Berbagai Sumber
Kerjakan sesuai
dengan petinjuk yang diberikan!
1. Carilah teks
ekposisi tentang ekonomi atau politik di media cetak, sperti koran atau
majalah. Kalian juga dapat mencari teks yang dimaskud di internet.
2. Identifikasikanlah apakah teks yang kalian temukan betul-betul merupakan
teks eksposisi. Perlu kaliaan ingat lagi bahwa teks eksposisi mempunyai
struktur teks khusus, yaitu pernyataan pendapat^argumentasi^penegasan ulang
pendapat.
3. Sebagai perbandingan, kalian boleh melihat kembali teks-teks yang
dicontohkan pada kegiatan 1 dan 2 itu. Seandainya teks yang kalian temukan itu
bukan teks eksposisi, modifikasilah agar menjadi teks eksposisi yang bagus.
Jawab:
1. Contoh teks eksposisi di bidang ekonomi.
Keseriusan Pemerintah
Mengonversi Energi Dipertanyakan
Keseriusan pemerintah dalam
mengganti penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif
dipertanyakan. Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan
Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah menutup
mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.
"Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara.
"Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi.
Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.
"Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya.
Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya.
"Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara.
"Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi.
Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.
"Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya.
Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya.
2. Identifikasi
struktur teks eksposisi Keseriusan Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.
Struktur Teks
|
Identifikasi Struktur
|
Pernyataan Pendapat
|
Keseriusan pemerintah
dalam mengganti penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif
dipertanyakan. Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan
Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah
menutup mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.
|
Argumentasi
|
"Batu bara selama ini dianggap buruk.
Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat
subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara. "Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi. |
Penegasan Ulang Pendapat
|
Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan
sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih
besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika
pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi,
maka penghematan akan besar.
"Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya. Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya. |
3. Perbandingan struktur teks Ekonomi Indonesia Lampaui
Jerman dengan teks Keseriusan
Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.
Struktur
Teks Eksposisi
|
Identifikasi
Struktur Ekonomi
Indonesia Lampaui Jerman
|
Pernyataan
pendapat (tesis)
|
Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan
Sidang Tahunan International Monetery Found (IMF) 2012 di Tokyo. Sidang
tersebut membahas tentang ekonomi Indonesia yang akan melampaui Jerman dan
Inggris pada tahun 2030.
|
Argumentasi
|
Indonesia memiliki 90
juta orang yang berada di kelompok consuming class. Angka
tersebut akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia dengan pendapatan
1.8 triliun dolar AS dari sektor pertanian, konsumsi, dan energi.
Saat
ini ekonomi Indonesia ada pada posisi 16 dunia dengan pendapatan 846 miliar
dolar AS tahun 2011. Angka itu akan tumbuh menjadi 1.8 triliun pada 2017. Kekuatan
ekonomi Indonesia berupa ekspor yang didukung oleh kekuatan tenaga kerja dan
komoditas, serta kekuatan konsumsi domestik dan jasa-jasa. Potensi tersebut
menyebabkan para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi
di Indonesia.
|
Penegasan
ulang pendapat
|
Harapan
para investor tersebut merupakan peluang bagi Indonesia. Untuk memberikan
pilihan investasi bagi investor tersebut serta menjadikan ekonomi Indonesia
terbesar di Asia Tenggara, Indonesia melakukan upaya melakukan pendalaman
pasar keuangan serta membenahi sector riil dan infrastruktur.
Saat
ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5-6 persen. Apabila
pertumbuhan tersebut stabil, akan menambah jumlah penduduk kelas menengah
hingga 90 juta orang dengan pendapatan 3.600 dolar AS. Apabila
pertumbuhan tersebut meningkat, akan menambah jumlah penduduk kelas menengah
hingga 170 juta orang. Sidang
tersebut mengingatkan betapa besarnya potensi Indonesia. Apabila
potensi terebut tidak diwujudkan, maka prediksi investor tersebut tidak akan
menjadi kenyataan.
|
Struktur Teks Eksposisi
|
Identifikasi Struktur Keseriusan
Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.
|
Pernyataan Pendapat
|
Keseriusan pemerintah dalam mengganti
penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif dipertanyakan.
Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan Ahli
Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah menutup
mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.
|
Argumentasi
|
"Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada
keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung
ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara. "Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi. |
Penegasan Ulang Pendapat
|
Pertimbangan ini juga didorong oleh
perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan
pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor
batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu
bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.
"Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya. Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya. |
0 komentar:
Post a Comment