24 December 2014

TUGAS BAHASA INDONESIA KEGIATAN 3 EKSPOSISI

Posted by infinitize on Wednesday, December 24, 2014 in , | No comments


Kegiatan 3 Kerja Mandiri Membangun Teks Eksposisi

Tugas 1 Mencari Contoh-Contoh Tekas Eksposisi dari Berbagai Sumber
Kerjakan sesuai dengan petinjuk yang diberikan!
1. Carilah teks ekposisi tentang ekonomi atau politik di media cetak, sperti koran atau majalah. Kalian juga dapat mencari teks yang dimaskud di internet.
2. Identifikasikanlah apakah teks yang kalian temukan betul-betul merupakan teks eksposisi. Perlu kaliaan ingat lagi bahwa teks eksposisi mempunyai struktur teks khusus, yaitu pernyataan pendapat^argumentasi^penegasan ulang pendapat.
3. Sebagai perbandingan, kalian boleh melihat kembali teks-teks yang dicontohkan pada kegiatan 1 dan 2 itu. Seandainya teks yang kalian temukan itu bukan teks eksposisi, modifikasilah agar menjadi teks eksposisi yang bagus.

Jawab:
1. Contoh teks eksposisi di bidang ekonomi.
Keseriusan Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan
    Keseriusan pemerintah dalam mengganti penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif dipertanyakan. Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah menutup mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.

  "Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).

    Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara.

   "Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi.

    Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.

    "Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya.

    Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya.

2. Identifikasi struktur teks eksposisi Keseriusan Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.
Struktur Teks
Identifikasi Struktur


Pernyataan Pendapat
      Keseriusan pemerintah dalam mengganti penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif dipertanyakan. Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah menutup mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.





Argumentasi
  "Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).

    Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara.

   "Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi.




Penegasan Ulang Pendapat
    Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.

    "Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya.

    Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya.



3. Perbandingan struktur teks Ekonomi Indonesia Lampaui Jerman dengan teks Keseriusan Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.

Struktur Teks Eksposisi
Identifikasi Struktur Ekonomi Indonesia Lampaui Jerman
Pernyataan pendapat (tesis)

Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Found (IMF) 2012 di Tokyo. Sidang tersebut membahas tentang ekonomi Indonesia yang akan melampaui Jerman dan Inggris pada tahun 2030.

Argumentasi
Indonesia memiliki 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class. Angka tersebut akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia dengan pendapatan 1.8 triliun dolar AS dari sektor pertanian, konsumsi, dan energi.
Saat ini ekonomi Indonesia ada pada posisi 16 dunia dengan pendapatan 846 miliar dolar AS tahun 2011. Angka itu akan tumbuh menjadi 1.8 triliun pada 2017. Kekuatan ekonomi Indonesia berupa ekspor yang didukung oleh kekuatan tenaga kerja dan komoditas, serta kekuatan konsumsi domestik dan jasa-jasa. Potensi tersebut menyebabkan para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia.
Penegasan ulang pendapat
Harapan para investor tersebut merupakan peluang bagi Indonesia. Untuk memberikan pilihan investasi bagi investor tersebut serta menjadikan ekonomi Indonesia terbesar di Asia Tenggara, Indonesia melakukan upaya melakukan pendalaman pasar keuangan serta membenahi sector riil dan infrastruktur.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5-6 persen. Apabila pertumbuhan tersebut stabil, akan menambah jumlah penduduk kelas menengah hingga 90 juta orang dengan  pendapatan 3.600 dolar AS. Apabila pertumbuhan tersebut meningkat, akan menambah jumlah penduduk kelas menengah hingga 170 juta orang. Sidang tersebut mengingatkan betapa besarnya potensi Indonesia. Apabila potensi terebut tidak diwujudkan, maka prediksi investor tersebut tidak akan menjadi kenyataan.


Struktur Teks Eksposisi
Identifikasi Struktur  Keseriusan Pemerintah Mengonversi Energi Dipertanyakan.



Pernyataan Pendapat
      Keseriusan pemerintah dalam mengganti penggunaan energi padat subsidi dengan energi alternatif dipertanyakan. Menurut Ketua Working Group Kebijakan Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Budi Santoso, pemerintah seolah menutup mata pada alternatif energi lain, khususnya batu bara.





Argumentasi
  "Batu bara selama ini dianggap buruk. Padahal, saya lihat ada keengganan untuk mengganti energi padat subsidi," ujar Budi di Gedung ESDM, Jakarta, Jumat (5/12/2014).

    Budi menjelaskan, batu bara sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih efisien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penilaian Budi tersebut. Menurut dia, distribusi batu bara lebih mudah. Selain itu, pemerintah tidak perlu menggenjot produksi batu bara jika ingin menggunakan sumber energi tersebut bagi konsumsi rumah tangga masyarakat sehari-hari. Pemerintah tinggal menahan ekspor batu bara.

   "Sekarang ekspor (batu bara) kita sampai 75 persen. Jadi peningkatan penggunaan batu bara nasional tidak perlu menambah produksi. Kurangi saja ekspor," ucap Budi.




Penegasan Ulang Pendapat
    Pertimbangan ini juga didorong oleh perhitungan sederhana, yaitu besaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan royalti pemerintah dari ekspor batu bara. Jika pemerintah mengambil keputusan untuk mengurangi ekspor batu bara, tutur Budi, maka penghematan akan besar.

    "Pemerintah dapat royalti dari ekspor batu bara hanya Rp 8 triliun, tapi keluarkan subsidi listrik Rp 20 triliun," ujarnya.

    Hanya saja, Budi menyadari bahwa mengganti energi yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat dengan energi alternatif bukan hal mudah. "Bagaimana mengubah industri dari migas ke batu bara, ini masalah persepsi," pungkasnya.

0 komentar:

Post a Comment