Buah
Rasa Tinggi Hati
1) Saat ini aku berada pada tahun kedua ku di
SMANESA. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Teringat olehku perjuanganku
kala itu untuk dapat diterima di SMANESA, sekolah yang sangat bergengsi dan
difavoritkan oleh seluruh siswa di Trenggalek, Perjuanganku untuk menjadi murid
SMANESA memang tak semulus dan seindah bayanganku, sempat aku meraskan pahitnya
kegagalan dan sulitnya perjuangan. Namun, segala perjuanganku berbuah manis
dengan aku yang saat ini duduk di bangku kelas sebelas IPA tiga bersama
teman-temanku tercinta..*)
2) Kembali pada masa itu, ketika aku merasa
sangat bersemangat dan antusias. Sorot mataku tertuju pada selembar pamphlet yang
tertempel pada papan pengumuman di depan kelasku. Nampak harapan besar
bergantung dalam hatiku. ‘SMANESA BIG OLYMPIAD’ begitu tulisan yang tertera
pada phamplet pengumaman itu. “SMANESA tunggu aku!”, batinku dalam hati.
Dengan perasaan riang aku memasuki ruang kelas IX-B, yang
merupakan ruang kelasku saat aku SMP. Suasana kelas saat itu begitu riuh,
teman-temanku sibuk membicarakan tentang SMANESA BIGOLYMPIAD. Sama sepertiku,
mereka juga bercita-cita besar untuk menjadi murid SMANESA. Aku berjelan
mendekati keruman kecil teman-teman ku
yang sedang membicarakn SBO.
“Ngomong-ngomong soal SBO
nih. Kalian mau ikut lomba apa?” Tanya Zulfa temanku
“Ehm, kalo aku sih tertarik
sama Biologi ya. Mungkin aku akan ikut Olimpiade Biologinya.” Bilqis menimpali
“Hei, tapi kamu tahu kan,
biasanya pesertanya SBO itu banyak banget, rata-rata mereka pasti milih Biologi
karena kelihatanya yang paling gampang yang nggak ada rumus-rumusnya gitu.”
Kata Cynthia dengan nada yang terkesan menakut-nakuti
“Ah, kamu sok tau lah,
Biologi juga sulit tahu.” Jawab Bilqis menyangkal
“Hei, Be, jangan diem aja.
Kamu ikut SBO kan?Mau ikut olimpiade apa kamu?” Tanya Cynthia kepadaku
“Ikutlah, tapi belum tahu
sih mau ikut olimpiade apa. Kayaknya kudu konsultasi dulu deh sama ibu.:”
Jawabku sambil terkekeh
Dalam hati aku memikirkan pertanyaan temanku tadi,
olimpiade apa yang harus aku ikuti agar dapat membawaku menuju mimpiku. Memang
aku bermimpi besar untuk dapat meneruskan bangku SMA ku di SMANESA tetapi,
belum pernah terpikir olehku mengenai jalan yang harus ku tempuh agar mimpiku
bisa tercapai dengan mudahnya.
Setibanya di rumah, dengan bersemangat aku bercerita
kepada ibuku tentang SBO sekaligus
dengan keraguan hatiku yang masih bingung memikirkan olimpiade apa yang harus
aku ikuti.
“Terserah kamu, mau ikut
olimpiade apa. Kan hanya kamu yang tahu dimana kemampuanmu. Saran ibu ,
pilihlah pelajaran yang benar-benar kamu kuasai.” Begitu nasehat ibuku.
Sepanjang hari itu, aku habiskan untuk memikirkan
mengenai olimpiade SBO apa yang harus aku ikuti yang kan membawaku menuju
mimpiku? Jika aku mengikuti olimpiade biologi pasti sudah banyak anak yang
mengikuti seperti apa yang Cynthia katakan. Jika aku mengikuti olimpiade IPS, terlalu
banyak materi yang harus aku pelajari dimulai dari sejarah sampai dengan
ekonomi tak lupa dengan geografinya. Jika aku mengikuti olimpiade fisika tak
terbayangkan bagaimana susahnya soal-soalnya apalagi olimpiade matematika, bisa
pingsan duluan aku dibuatnya. “Olimpiade TIK?” gumamku lirih saat memandang
brosur SBO yang ku akses di internet. “Hem, cukup menarik…” senyumanku
terkembang. “Baiklah aku akan mengikuti olimpiade TIK!” Seruku dengan
bersemangat.
Keesokan harinya, teman-temanku terlihat repot dengan
formulir pendaftaran SBO masing-masing. Memang hari ini setelah pulang sekolah
kami berencana untuk pergi ke SMANESA untu mendaftar olimpiade bersama-sama.
“”Jadi, kamu ikut olimpiade
apa?” tanyaku pada Gisela yang nampak sibuk mengisi formulir SBOnya
“FISIKA.” Jawabnya dengan
memantapkan suaranya.
“Woah punya nyali juga kamu
ikut fisika. Aku sih udah mundur duluan.” Aku mulai menggoda Gisela
“Lah memang kamu sendiri
ikut olimpiade apa?Atau jangan-jangan kamu malah nggak ikut?”
“Kalo aku sih tertarik ikut
olimpiade TIK karena kayaknya peminatnya sih sedikit jadi peluang diterimanya
lebih besar apalagikan juga nggak ada rumus-rumus nya pula hahaha…”Jawabku
penuh percaya diri
“Kamu ikut TIK?” tiba-tiba
Shofie menyahut percakapanku dengan Gisela
“Iya, karena aku pikir
peluang diterimannya ya lumayan besar. Lah kamu sendiri? Aku pikir kamu ikut
olimpiade biologi” tanyaku kepada Shofie
“Sebenarnya sih aku masih
bingung mau ikut olimpiade apa. Tapi bener juga katamu peluang diterimanya
lumayan besar jika ikut olimpiade TIK Apa aku ikut olimpiade TIK aja ya?”
“Yah silakan kalo kamu mau
ikut, Shof. Shania juga ikut olimpiade TIK loh.” Aku menimpali Shofie. Dalam
hatiku aku berkata “Waduh tambah lagi nih sainganku, tapi tak apalah, hanya
batu kecil”
Hari demi hari telah berlalu. Nomor pendaftaran yang
menjadi tiket masuk SBO telah ku kantongi. Sekerang segalanya tergantung pada
seberapa besar usahaku untuk dapat diterima di SMANESA. Teman-temanku mulai
serius mempersiapkan diri mereka. Ditengah jam pelajaran kosong di sekolah,
mereka menyempatkan diri untuk belajar demi SBO, saling berbagi ilmu dan
membantu teman lain mereasa kesukitan dalam suatu pelajaran.
“Hei Be, sudah sejauh mana
belajarmu?” Tanya Shofie padaku
“Ah, aku masih mengulang
materi kelas 8 kemarin. Kalo kamu sendiri samapi mana, Shof?”
“Sama kalau begitu.
Sebenarnya ya, aku bingung mau mempelajari materi apa. Bener-bener nggak ada
gambaraan model soalnya kaya apa.” Jawab Shofie
Aku mengiyakan apa yang Shofie katakan. Sebenarnya masih
sulit detebak seperti apa soal olimpiade TIK nanti. Setibanya dirumah aku mulai
mempersiapkan diri untuk kembali belajar. Aku mencoba untuk mencari beberapa
contoh soal di internet dan membaca LKS TIK kelas 7 dan 8. “Nah, dengan
persiapan belajar seperti sepertinya sudah cukup untuk bekal olimpiadeku.” batinku
dengan percaya diri.*)
3) Tiba pada hari yang kutunggu-tunggu. Dua
Februari 2013 hari dimana SBO dilaksanakan. Jarum jam menunjukkan pukul
setengah tujuh tepat, tiga puluh menit sebelum SBO dimulai, aku sudah berada di
SMANESA bersama teman-temanku. Kulihat teman-temanku terlihat sibuk dengan
soal-soal ditangan mereka, sedangkan aku berusaha menghilangkan rasa grogi yang
mulai menyelimuti hatiku. Berbekal dari materi yang telah kupelajari, aku
merasa percaya bahwa aku mampu menaklukan soal-soal pada olimpide TIK ini.
Soal olimpiade TIK sudah berada di depan mata. Dengan
perasaan grogi aku mulai mengerjakan satu per satu soal tersebut. Memanglah tak
semua soal dapat kukerjakan dengan lancar. Ada beberapa soal yang membuatku
bingung untuk memilih jawabannya, bahkan beberapa soal yang lain aku tak tahu
sama sekali jawabannya. Alhasil beberapa nomor pun terpaksa tak ku isi
jawabannya. Namun, beberapa kesulitan itu masih membuatku tetap optimis dan
percaya bahwa aku masih berpeluang besar menggapai mimpiku.
Hari mulai beranjak siang, sinar matahari terasa panas
membakar tubuhku. Namun itu semua tak menyurutkan semangatku untuk menunggu
pengumuman hasil SBO berasama dengan beberapa temanku. Seusai sholat dhuhur
kami mengyegarkan pikiran kami dengan meneguk minuman segar yang dijajakan disekitar
SMANESA. Sembari meneguk minuman kami, tiba-tiba Ravin menghampiri kami.
“Hei, tadi waktu lihat pengoreksian
terbuka, aku dengar bahwa yang mendapat juara 1 olimpiade TIK berasal dari
sekolah kita loh…”
Mendengar apa yang dikatakan
oleh Ravin, sontak hatiku mulai berdegup kencang. Rasanya pintu masuk SMANESA
semakin terbuka lebar bagiku.
“Woah, dari sekolah kita?
Siapa namanya?” Teman-temanku menimpali dengan bersemangat.
“Kalo namanya sih masih
belum jelas siapa. Coba aku kesana lagi nanti aku kasih tahu.” Ravin pergi menuju tempat pengoreksian
meninggalkan kami.
“Ah tak disangka-sangka ya,
ternyata ada yang diterima dari sekolahku. Jangan -jangan itu tadi aku yaa
hehehe…” Aku mulai bergumam dalam hati, rasa percaya diriku semakin meningkat bahkan
sudah tipis bedanya antara percaya diri dan rasa tinggi hati.
Dari kejauhan kulihat siswa yang lain nampak mengerubungi
suatu papan. “Hei teman-teman, lihat kerumanan siswa disana. Jangan – jangan
hasil pengumumannya sudah keluar.” Lantas aku mengajak teman-temanku menuju
papan pengumuman. Benar dugaan ku, papan pengumuman tersebut memuat hasil
pengumuman SBO. Teman-temanku mulai sibuk mencari nama mereka di papan
pengumuman lomba yang diikutinya. Banyak sekali siswa – siswa yang berkerumun
untuk melihat hasil pengumuman, sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas
hasil yang kuperoleh dari olimpiade TIK.
“ Shof, apa kamu bisa
melihat dengan jelas hasil olimpiade TIK nya? Juara berapa kamu?” tanyaku pada
Shofie yang berdiri disampingku.
“Belum tahu. Be. Hasil
pengumumannya tidak terlihat dari sini.”
Dari kejauhan, Ravin berlari tergopoh-gopoh
menghampiri aku dan Shofie. Raut wajahnya terlihat sumringah. “Wah Shofie, selamat
ya. Kamu menjadi juara olimpiade TIK. Selamat ya.” Ravin memberi selamat kepada Shofie. Kulihat
wajah Shofie nampak menyiratkan keruguan sekaligus rasa bahagia. “Ah yang benar
kamu Ravin. Aku sendiri belum bisa melihat hasilnya.” Shofie merasa ragu dengan
apa yang dikatakan oleh Ravin. Jujur, dalam hatiku pun aku masih meragukan apa
yang Ravin katakan.
Papan pengumuman terlihat mulai lengang. Tak banyak siswa
yang berkerumun, dengan langkah tergesa-gesa aku dan Shofie menuju ke papan
pengumuman. Tertulislah nama Shofie pada urutan pertama olimpiade TIK,
menyatakan bahwa ia lah peraih nilai tertinggi sekaligus meraih juara pertama
dalam SBO olimpiade TIK. Sedikit bergetar hatiku melihat nama Shofie tertulis
pada urutan pertama. Dengan sissa-sisa kepercayaan diriku aku mulai mencari
namaku dalam pengumuman tersebut. “Dua, tiga, empat, lima, …” lima urutan telah
terlewatkan. Pertanda bahwa gagal sudah langkahku untuk dapat masuk ke SMANESA
melalui jalur SBO. Hatiku mulai merasa sakit, kepercayaan diriku mulai lenyap.
“Enam, tujuh,,,” kulihat nama ku tertulis pada urutan ke tujuh. Dengan perasaan
tak percaya aku membaca berkali-kali siswa urutan ke tujuh, namaku terukir
disana bersama dengan nomor peserta yang memang punyaku.*)
4) Sungguh terasa saikt hatiku melihat namaku
berada pada urutan ke tujuh olimpiade TIK. Selish dua nomor dari peserta yang
diterima melalui jalur olimpiade TIK. Dengan segenap kemampuanku aku berusaha
menahan tangisku didepan teman-temanku. “Andai aku bisa belajar lebih giat
lagi. Andai aku tidak pernah meremehkan kemampuan teman-temanku. Andai aku
lebih memperbanyak ibadahku dan tawakal akan usahaku kepada Allah Swt.” Hanya pengandian dan penyesalanlah yang
tersisa dalam hatiku.*)
5) Setelah menelan
pahitnya kegagalanku dalam SBO, aku mulai berusaha lebih keras agar dapat
diterima di SMANESA. Meningkatkan jam belajarku dan ibadahku kepada Allah swt.
agar dapat diterima di SMANESA melalui jalur MIPA yang akan diadakan empat
bulan kemudian.Alhamdulillah, hasil perjuanganku berbuah manis. Impianku untuk
dapat menjadi siswa di SMANESA akhrinya tercapai.*)
6) Dari kegagalanku
dalam SBO, aku dapat memetik pelajaran hidup yang berharga, yaitu janganlah
kita meremehkan kemampuan orang lain, karena usaha, kerja keras, dan doa dapat
merubah ketidakmampuan menjadi sebuah keajabian atas kehindak Allah swt.*)
Keterangan Struktur Cerpen
1) : Abstraksi
2) : Orientasi
3) : Komplikasi
4) : Evaluasi
5) : Resolusi
6) : Koda
Unsur Intrinsik Cerpen Buah Rasa Tinggi Hati
- Tokoh : Nabela sebagai tokoh utama
: Shofie sebagai tokoh tambahan
: Zulfa sebagai tokoh tambahan
: Bilqis sebagai tokoh tambahan
: Cynthia sebagai tokoh tambahan
: Gisela sebagai tokoh tambahan
: Ibu sebagai tokoh tambahan
: Ravin sebagai tokoh tambahan
: Shania sebagai tokoh bayangan
- Karakter tokoh : Nabela berkarakter sombong, patuh kepada orang tua,
: Shofie berkarakter rajin,
pekerja keras
: Zulfa berkarakter peduli
kepada teman
: Cynthia berkarakter usil
dan jahil
: Bilqis berkarakter teguh
pendirian
: Ibu berkarakter bijaksana
: Gisela berkarakter teguh
pendirian
: Ravin berkarakter peduli
kepada teman
- Latar tempat : Ruang kelas IX-B, rumah Nabela, SMA Negeri 1 Trenggalek
- Latar waktu : Pagi hari, siang hari
- Latar suasana : Bahagia, bersemangat, keragu-raguan, kecewa, sedih
- Alur : Dalam cerpen diatas menggunakan alur flashback atau alur mundur
8. Tema : tema yang diangkat dari cerpen diatas adalah
mengenai kesombongan yang akan membawa kepada kegagalan
9. Amanat : Janganlah bersikap sombong dan meremehkan
orang lain , karena usaha, kerja keras, dan doa dapat merubah ketidakmampuan
menjadi sebuah keajabian atas kehindak Allah swt. Sedangkan kesombongan hanya
akan membawa pada kegagalan.
mksh
ReplyDeletesiapa nama pengarangnya?
ReplyDeleteSiapa nama pengarangnya????
ReplyDeleteJawab dong kak
ReplyDelete